Pengendalian Mutu Pendidikan

“PENGENDALIAN MUTU PENDIDIKAN BERDASARKAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN”
( KONSEP, PRINSIP, DAN INSTRUMEN)

A.KONSEP DAN PENERAPAN PROGRAM MUTU DALAM PENDIDIKAN
Dewasa ini dunia ditandai oleh perubahan – perubahan yang sangat cepat dan bersifat global. Hal ini disebabkan oleh perkembangan ilmu dan tekhnologi yang sangat cepat, terutama dalam bidang komunikasi dan elektronika. Perkembangan dalam bidang ini telah mengakibatkan revolusi informasi, hampir mengenai semua bidang kehidupan dari semua tempat. Perubahan ini memberikan tuntutan, tantangan bahkan ancaman – ancaman baru. Pada abad sekarang ini manusia – manusia dituntut berusaha tahu banyak (“knowing much”) berbuat banyak (“doing much”), mencapai keunggulan (“being excellence”) menjalin hubungan dan kerja sama dengan orang lain (“being sociable”) serta berusaha memegang teguh nilai – nilai moral (“being morally”). Manusia “unggul, bermoral dan bekerja keras” inilah yang menjadi tuntutan dari masyarakat global. Manusia – manusia seperti ini yang akan mampu dan berkompeten.
Dasar – dasar pengembangan manusia “unggul, bermoral dan bekerja keras” diberikan di sekolah. SLTP/MTs memberikan dasar – dasar pengembangan kecakapan akademis dan kecakapan hidup yang bersifat umum. Kecakapan yang dipelajari tidak sekedar tahu atau kenal, tapi mereka harus paham, cakap, mampu serta mahir menggunakannya, hal itu harus diikuti dengan motivasi, kemauan, semangat dan tekad menyatakannya.
Mutu pendidikan atau mutu sekolah tertuju pada mutu lulusan. Merupakan suatu yang mustahil, pendidikan atau sekolah menghasilkan lulusan yang bermutu, jika tidak melalui proses yang bermutu pula, merupakan suatu yang mustahil pula terjadi proses pendidikan yang bermutu jika tidak didukung oleh faktor – faktor yang menunjang proses pendidikan yang bermutu pula, proses pendidikan yang bermutu harus didukung oleh personalia seperti administrator, guru, konselor, dan tata usaha yang bermutu dan professional. Hal tersebut didukung pula oleh sarana dan prasarana pendidikan, fasilitas media, serta sumber belajar yang memadai, baik mutu dan jumlahnya, dan biaya yang mencukupi, manajemen yang tepat, serta lingkungan yang mendukung.
Mutu pendidikan bersifat menyeluruh menyangkut semua komponen, pelaksana dan kegiatan pendidikan, atau disebut sebagai mutu total (Total Quality).

B. PENGERTIAN MANAJEMEN MUTU TERPADU
Istilah utama yang terkait dengan kajian Total Quality Management (TQM) ialah continous improvement (perbaikan terus-menerus) dan Quality improvement ( Perbaikan Mutu ). Sebagai upaya untuk mengelola perubahan dalam organisasi, ada beberapa slogan yang diungkapkan, yaitu “manajemen mutu terpadu”, “kepuasan pelanggan terpadu,” “kegagalan nol,” ”proses pengendalian statistik,” ”diagram Ishikawa,” dan “tim perbaikan mutu”. Semua slogan di atas menghadirkan filsafat mutu, program, dan teknik berbeda yang digunakan oleh berbagai organisasi bisnis, industri dan jasa dalam upaya pengembangan mutu. Oleh karena itu, manajemen mutu terpadu merupakan salah satu strategi manajemen untuk menjawab tantangan external suatu organisasi guna memenuhi kepuasan pelanggan.
Para Ahli manajemen telah banyak mengemukakan pengertian TQM. Di sini dikemukakan beberapa saja sebagai kerangka kajian selanjutnya. Menurut Edward Sallis (1993:13) bahwa “Total Quality Management is a philosophy and a methodology which assist institutions to manage change and set their own agendas for dealing with the plethora of new external pressures.” Pendapat di atas menekankan pengertian bahwa manajemen mutu terpadu merupakan suatu filsafat dan metodologi yang membantu berbagai institusi, terutama industri dalam mengelola perubahan dan menyusun agenda masing-masing untuk menanggapi tekanan-tekanan faktor eksternal.
Patricia Kovel-Jarboe (1993) mengutip Caffee dan Sherr menyatakan bahwa manajemen mutu terpadu adalah suatu filosofi komprehensif tentang kehidupan dan kegiatan organisasi yang menekankan perbaikan berkelanjutan sebagai tujuan fundamental untuk meningkatkan mutu, produktivitas, dan mengurangi pembiayaan. Adapun istilah yang bersamaan maknanya dengan TQM adalah continous quality improvement (CQI) atau perbaikan mutu berkelanjutan.
TQM memfokuskan proses atau system pencapaian tujuan organisasi. Dengan dimulai dari proses perbaikan mutu, maka TQM diharapkan dapat mengurangi peluang membuat kesalahan dalam menghasilkan produk, karena produk yang baik adalah harapan para pelanggan. Jadi, rancangan produk diproses sesuai dengan prosedur dan teknik untuk mencapai harapan pelanggan. Penggunaan metode ilmiah dalam menganalisis data diperlukan sekali untuk menyelesaikan masalah dalam peningkatan mutu. Partisipasi semua pegawai digerakkan agar mereka memiliki motivasi dan kinerja yang tinggi dalam mencapai tujuan kepuasan pelanggan.

C. SISTEM INFORMASI
Sistem informasi adalah aplikasi komputer untuk mendukung operasi dari suatu organisasi: operasi, instalasi, dan perawatan komputer, perangkat lunak, dan data. Sistem Informasi Manajemen adalah kunci dari bidang yang menekankan finansial dan personal manajemen. Sistem Informasi Penjualan adalah suatu sistem informasi yang mengorganisasikan serangkaian prosedur dan metode yang dirancang untuk menghasilkan, menganalisa, menyebarkan dan memperoleh informasi guna mendukung pengambilan keputusan mengenai penjualan.

D. DASAR – DASAR PROGRAM MUTU PENDIDIKAN
Untuk melaksanakan program mutu diperlukan beberapa dasar yang kuat, yaitu sebagai berikut :
a.komitmen pada perubahan
b.pemahaman yang jelas tentang kondisi yang ada
c.mempunyai visi yang jelas terhadap masa depan
d.mempunyai rencana yang jelas

E. PRINSIP – PRINSIP PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
Beberapa prinsip yang perlu dipegang dalam menerapkan program mutu pendidikan diantaranya sebagai berikut
a.Peningkatan mutu pendidikan menuntut kepemimpinan profesional. Manajemen mutu pendidikan merupakan alat yang dapat digunakan oleh para profesional pendidikan dalam memperbaiki sistem pendidikan bangsa kita.
b.Kesulitan yang dihadapi para profesional pendidikan adalah ketidakmampuan mereka dalam menghadapi ”kegagalan sistem” yang mencegah mereka dari pengembangan atau penerapan cara atau proses baru untuk memperbaiki mutu pendidikan yang ada.
c.Peningkatan mutu pendidikan harus melakukan loncatan – loncatan norma. Norma dan kepercayaan lama harus diubah. Sekolah harus belajar bekerjasama dengan sumber – sumber yang terbatas para profesional pendidikan harus membantu para siswa dalam mengembangkan kemampuan – kemampuan yang dibutuhkan guna bersaing dengan dunia global.
d.Mutu pendidikan dapat diperbaiki jika administrator, guru, staf, pengawas, dan pimpinan kantor Diknas mengembangkan sikap yang terpusat pada kepemimpinan, team work, kerjasama, akuntabilitas, dan rekognisi. Uang tidak menjadi penentu dalam peningkatan pendidikan.
e.Kunci uatama peningkatan mutu pendidikan adalah komitmen pada perubahan. Jika semua guru dan staf pendidikan telah memiliki komitmen pada perubahan, pimpinan dapat dengan mudah mendorong mereka menemukan cara baru untuk memperbaiki efisiensi, produktifitas dan kualitas layanan pendidikan. Guru akan menggunakan pendekatan yang baru atau model – model mengajar, membimbing dan melatih dalam membantu perkembangan siswa. Demikian juga staf administrasi menggunakan proses baru dalam menyusun biaya, menyelesaikan masalah, dan mengembangkan program baru.
f.Banyak profesional di bidang pendidikan yang kurang memiliki pengetahuan dan keahlian dalam dalam menyiapkan para siswa memasuki pasar siswa yang bersifat global. Ketakutan terhadap perubahan akan mengakibatkan ketidaktahuan bagaimana mengatasi tuntutan – tuntutan baru.
g.Program peningkatan mutu dalam bidang komersial tidak dapat dipakai secara langsung dalam pendidikan,tetapi membutuhkan penyesuaian – penyesuaian dan penyempurnaan. Budaya, lingkungan, dan proses kerja tiap organisasi berbeda. Para profesional pendidikan harus dibekali oleh program yang khusus dirancang untuk menunjang pendididkan.
h.Salah satu komponen kunci dalam program mutu adalah sistem pengukuran yang memungkinkan para profesional pendidikan dapat memperlihatkan mendokumentasikan nilai tambah dari pelaksanaan program peningkatan mutu pendidikan, baik terhadap siswa, orang tua maupun masyarakat.
i.Manajeman pendidikan harus menjauhkan diri dari kebiasaan menggunakan ”program singkat”, peningkatan mutu dapat dicapai melalui perubahan yang berkelanjutan tidak dengan program – program singkat.

F. SEKOLAH DENGAN MANAJEMEN MUTU TOTAL (MMT)
Manajemen mutu total (MMT) merupakan suatu metodologi yang membantu para profesional pendidikan mengatasi lingkungan yang terus berubah. Dapat digunakan sebagai alat untuk membentuk ikatan antara sekolah, dunia bisnis, dan pemerintah yang memungkinkan para profesional disekolah atau di daerah dilengkapi dengan sumber – sumber yang dibutuhkan dalam pengembangan program mutu.
Manajemen mutu total (MMT) merupakan aspek utama dari manajemen total. Metodologi yang mempermudah mengelola perubahan, membentuk fokus perubahan, membentuk infrastruktur yang lebih fleksibel, cara merespon pada tuntutan perubahan masyarakat, serta membantu pendidikan dalam mengatasi hambatan – hambatan biaya dan waktu.
Perubahan terhadap MMT dimulai dengan mengadopsi pembagian tugas tentang pelaksanaan mutu pada tingkat majelis sekolah,administrator,guru,staf administrasi,siswa orang tua dan masyarakat. Kegiatan diawali dengan merumuskan visi dan misi sekolah dan seksi – seksi pendidikan sekolah.
Visi MMT dipusatkan pada menemukan kebutuhan para penggunaan lulusan (customer), persiapan melibatkan masyarakat secara menyeluruh dalam program peningkatan mutu, mengembangkan sistem untuk mengukur nilai tambah dari pendidikan, sistem dukungan yang memungkinkan guru, staf administrasi dan siswa dalam mengelola perubahan, dan melakukan penyempurnaan yang berkelanjutan dengan tujuan agar produk sekolah menuju arah yang lebih baik.

G. PRINSIP – PRINSIP SEKOLAH DENGAN MMT
Sekolah yang menerapkan manajemen mutu total, sekolah tersebut melaksanakan program mutu pendidikan dengan berpegang pada prinsip – prinsip sebagai berikut.
a.Berfokus pada kustomer
Setiap orang di sekolah harus memahami bahwa setiap produk pendidikan mempunyai pengguna (customer). Setiap anggota dari sekolah adalah pemasok (supplier) dan pengguna (customer). Pengguna pertama dari sekolah adalah keluarga atau disebut (big customer) dan siswa (little customer). Keluarga atau orang tua juga merupakan pemasok. Ada dua macam pengguna (customer) yaitu pengguna internal, seperti orang tua, siswa guru, administrator, staf dan majelis sekolah. Pengguna eksternal, seperti masyarakat, pimpinan perusahaan-industri, lembaga pemerintah lembaga swasta, perguruan tinggi, dan lembaga keamanan.
b.Keterlibatan menyeluruh.
Semua orang harus terlibat dalam transformasi mutu. Manajemen harus komitmen dan terfokus pada peningkatan mutu. Dimulai dengan mengadopsi paradigma pendidikan baru.
c.Pengukuran
Pandangan lama mutu pendidikan atau lulusan diukur dari skor prestasi belajar. Dalam pendekatan baru, para profesional pendidikan harus belajar mengukur mutu pendidikan dari kemampuan dan kinerja lulusan berdasarkan tuntutan pengguna. Para profesional pendidikan harus belajar menguasai teknik – teknik pengumpulan dan analisis data, bukan saja data kemampuan lulusan, melainkan semua data yang terkait dengan kegiatan dan penunjang pelaksanaan pendidikan. Melalui pengumpulan dan analisis data, para profesional pendidikan akan mengetahui nilai tambah dari pendidikan, kelemahan dan hambatan yang dihadapi, serta upaya penyempurnaannya.
d.Pendidikan sebagai sistem
Pendidikan sebagai sistem memiliki sejumlah komponen, seperti siswa, guru, kurikulum, sarana-prasarana, media, sumber belajar, orang tua, dan lingkungan. Diantara komponen – komponen tersebut terjalin hubungan yang berkesinambungan dan keterpaduan dalam pelaksanaan sistem.
Perbaikan yang berkelanjutan. Dalam filsafat lama dianut prinsip,”jika sudah rusak baru diperbaiki”, sedangkan dalam filsafat mutu menganut prinsip, bahwa tiap proses perlu diperbaiki dan tidak ada proses yang sempurna perlu selalu diperbaiki dan disempurnakan...........................

Pribadi Guru

“Pribadi Guru Menurut Ki Hajar Dewantoro”
1. Ing Ngarso Sung Tulodho
Kunci sukses pendidikan yang pertama dan utama adalah Akhlak, guru harus bisa menjadi teladan dalam berakhlaq. Kepercayaan anak didik terhadap guru kebanyakan lebih besar dibanding kepada orangtuanya, karena guru dianggap tahu segala-galanya. Untuk itu segala tingkah laku, sopan santun guru akan menjadi panutan muridnya.
2. Ing Madyo Mangun Karso
Kunci sukses kedua adalah Minat dan Semangat Belajar. Guru harus bisa menjadi penggali minat dan motivasi belajar siswa sehingga setiap siswa mampu berpikir kritis dan belajar mandiri. Dengan kata lain CBSA. Guru tidak perlu banyak mengoceh tak karuan, justru perlu lebih banyak memberi ilustrasi tentang beragam bintang prestasi di langit yang perlu setiap siswa gapai. Beri siswa motivasi yang membangkitkan selera untuk menggapai ilmu tersebut. Keberhasilan tertinggi guru adalah jika mampu mengubah siswa yang mogok belajar menjadi siswa lebih pandai dari dirinya, bukan nanti, tapi pada saat ini. Bisa ...? tentu saja, saat ini siswa dalam kondisi “golden-age”. Sumber belajar, kesempatan untuk mendapat ilmu dan menambah wawasan mereka lebih luas. Jadi tunggu apa lagi ...
3. Tut Wuri Handayani
Kunci sukses ketiga adalah Pengasuhan dan Pengayoman, guru pengganti orang tua di sekolah yang menerapkan Asah, Asih, Asuh. Dalam arti mendidik...

nyalse

“Berani Jadi Diri Sendiri”

Konon, yang namanya rumput tetangga pasti lebih hijau dibandingkan dengan rumput di halaman sendiri. Pernah dengar pepatah ini kan? Itu artinya manusia selalu membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Tapi, masa iya sih? Coba deh kita renungi, pasti kita pernah berpikir kok kita kurang cantik, gendut, terlalu kurus, kurang gaul, ngga keren atau ngga sehebat teman-teman kita disekolah atau di kampus. Karena selalu membandingkan diri dengan orang lain akibatnya kita, jadi ngga PD, self esteem kita makin menurun, dan yang lebih mengerikan kita jadi dihinggapi penyakit hati alias iri hati kronis. wah...wah...

Daripada kita terus-terusan mengeluh dan meremehkan diri sendiri, lebih baik kita bertindak dari sekarang. Menjadi diri sendiri artinya menerima diri apa adanya, menerima kondisi (fisik) kita, dan banyak hal lain yang emang udah dari sononya begitu dan jangan lupa mengembangkan diri lebih maksimal. Trus gimana dong caranya? Intip deh kiat jitu berikut ini :

Pelajari apa kelebihan dan kekurangan kita

Setiap manusia dilahirkan tidak ada yang sempurna, tentu punya kelebihan dan kekurangan. so buat kamu yg merasa punya kelebihan dalam bidang apapun terus kembangkan diri sehingga kelak nantinya bisa berprestasi. Kita bisa belajar lewat buku dan film lho! Trus kita bikin poin plus minus soal kemampuan dan keterbatasan yang kita miliki.

Curhat sama orang yang kamu percayai
Kalau kamu lagi punya masalah jangan disimpen sendiri, ntar kamu merasa kamu yg paling "menderita" di dunia. Ujung-ujungnya kamu merasa terisolasi. Mending cerita ke teman atau orang yang kamu percayai deh, biar plong...

Kembangkan diri

Mulai dengan memperbaiki penampilan, menekuni hal baru atau latihan tampil di depan umum biar ngga grogi.

Berani tidak membandingkan

Kalau kamu bisa dan berani untuk ngga kasih penilaian negatif sama orang lain, terhadap diri sendiri seharusnya juga begitu.

Ubah kelakuan buruk kita

Kalau ingin merasa oke, lakukan hal yang baik. Mulailah untuk melakukan hal yang baik dalam kehidupan kita. Contohnya jika selama ini kita sering menunda-nunda, cobalah dengan hal-hal kecil, seperti mengerjakan tugas jangan pakai ditunda, beresin kamar juga ngga pakai ditunda. Kalau merasa tulalit di kelas, mulailah dengan banyak membaca.
Tentukan tujuan hidup

Jika kamu selalu sibuk dengan masalah sekarang, bisa lupa deh misi hidup ke depan. Dengan punya tujuan hidup, kita jadi lebih bergairah dan semangat. Yakinlah bahwa kita semua dilahirkan dengan bakat, ketrampilan dan minat tertentu. Kalau hal itu ngga digali, kita bisa frustasi dan gelisah, karena merasa ngga punya kecakapan dalam berbagai hal.

Bersahabat dengan diri sendiri

Kalau kamu bisa memaafkan orang lain, kenapa dengan diri sendiri ngga? Bikin daftar hal-hal yang kita syukuri dari hidup kita.

Manjakan diri kita

Misalnya jalan-jalan sendirian, menulis puisi, menulis diary, pokoknya bikin suasana hati kamu jadi nyaman dan semangat.

Saat kita sudah melakukan hal ini, lihatlah bagaimana orang lain (juga kita sendiri) melihat diri secara lebih baik. Kenapa ngga dicoba? Menjadi (yang terbaik dari) diri sendiri, why not?

pendidikan

“Guru Masa Depan”

From Secret Admier

Kawan ... pernahkah menyadari apa yang terjadi saat ini. Bangsa kita, masyarakat kita, sangat membutuhkan para guru-guru yang mampu mengangkat citra pendidikan kita yang terkesan sudah carut marut, seperti benang kusut. Sehingga bagaimana harus dimulai, kapan dan siapa yang memulainya, dan dari mana harus dimulai...
Kalaulah kita masing-masing menyadari, memiliki rasa keperdulian, berbagi rasa, dan mau berteposeliro, maka pendidikan kita seperti disebutkan di atas, tak akan terjadi. Oleh sebab itu kita harus memiliki satu persepsi, satu langkah, dan satu tujuan bagaimana kita berusaha mengangkat “mutiara berlumpur” tersebut, menjadi pendidikan bermutu, dan tentunya diharapkan mampu untuk mengangkat peringkat dan citra pendidikan di Indonesia.
Satu hal yang akan menjadi titik perhatian kita adalah “bagaimana merancang guru masa depan”. Guru masa depan adalah guru yang memiliki kemampuan, ketrampilan, menciptakan hasil pembelajaran secara optimal, memiliki kepekaan di dalam membaca tanda-tanda zaman, serta memiliki wawasan intelektual dan berpikiran maju, tidak pernah merasa puas dengan ilmu yang ada padanya.
Bagaimana sebenarnya guru masa depan seperti yang diidamkan oleh banyak pihak, diantaranya adalah:
1.Planner, artinya guru memiliki program kerja pribadi yang jelas, program kerja tersebut tidak hanya berupa program rutin, misalnya menyiapkan seperangkat dokumen pembelajaran seperti Program Semester, Satuan Pelajaran, LKS, dan sebagainya. Akan tetapi guru harus merencanakan bagaimana setiap pembelajaran yang dilakukan berhasil maksimal, dan tentunya apa dan bagaimana rencana yang dilakukan, dan sudah terprogram secara baik;
2.Inovator, artinya memiliki kemauan untuk melakukan pembaharuan dan pembaharuan dimaksud berkenaan dengan pola pembelajaran, termasuk di dalamnya metode mengajar, media pembelajaran, system dan alat evaluasi, serta nurturant effect lainnya. Secara individu maupun bersama-sama, mampu untuk merubah pola lama, yang selama ini tidak memberikan hasil maksimal, dengan merubah kepada pola baru pembelajaran, maka akan berdampak kepada hasil yang lebih maksimal;
3.Motivator, artinya guru masa depan mampu memiliki motivasi untuk terus belajar dan belajar, dan tentunya juga akan memberikan motivasi kepada anak didik untuk belajar dan terus belajar sebagaimana dicontohkan oleh gurunya;
4.Capable personal, maksudnya guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan dan ketrampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehingga mampu mengolah proses pembelajaran secara efektif;
5.Developer, artinya guru mau untuk terus mengembangkan diri, dan tentunya mau pula menularkan kemampuan dan keterampilan kepada anak didiknya dan untuk semua orang. Guru masa depan haus akan menimba ketrampilan, dan bersikap peka terhadap perkembangan IPTEKS, misalnya mampu dan terampil mendayagunakan computer, internet, dan berbagai model pembelajaran multi media.
Jadi, guru masa depan adalah guru bertindak sebagai fasilitator; pelindung; pembimbing dan punya figur yang baik; termotivasi menyediakan pengalaman belajar bermakna untuk mengalami perubahan belajar berdasarkan keterampilan yang dimiliki siswa dengan berfokus menjadikan kelas yang konduktif secara intelektual fisik dan sosial untuk belajar; menguasai materi, kelas, dan teknologi; pendekatan humanis terhadap siswa; menguasai komputer, bahasa, dan psikologi mengajar untuk diterapkan di kelas secara proporsional. Diberlakukan skema rewards dan penegakan disiplin yang humanis terhadap guru dan karyawan.
Guru masa depan juga memiliki kemampuan untuk mengembangkan kemampuan para siswanya melalui pemahaman, keaktifan, pembelajaran sesuai kemajuan zaman dengan mengembangkan keterampilan hidup agar siswa memiliki sikap kemandirian, perilaku adaptif, koperatif, kompetitif dalam menghadapi tantangan, tuntutan kehidupan sehari-hari. Secara efektif menunjukkan motivasi, percaya diri serta mampu mandiri dan dapat bekerja sama. Selain itu guru masa depan juga dapat menumbuhkembangkan sikap, disiplin, bertanggung jawab, memiliki etika moral, dan memiliki sikap kepedulian yang tinggi, dan memupuk kemampuan otodidak anak didik, memberikan reward ataupun apresiasi terhadap siswa agar mereka bangga akan sekolahnya dan terdidik juga untuk mau menghargai orang lain baik pendapat maupun prestasinya. Kerendahan hati juga perlu dipupuk agar tidak terlalu overmotivated sehingga menjadi congkak. Diberikan pelatihan berpikir kritis dan strategi belajar dengan manajemen waktu yang sesuai serta pelatihan cara mengendalikan emosi agar IQ, EQ dan ke dewasaan sosial siswa ber imbang.
Selain itu, guru masa depan juga harus memiliki keterampilan dasar pembelajaran, kualifikasi keilmuannya juga optimal, performance di dalam kelas maupun luar kelas tidak diragukan. Tentunya sebagai guru masa depan bangga dengan profesinya, dan akan tetap setia menjunjung tinggi kode etik profesinya.
Oleh sebab itu, untuk menjadi guru masa depan diperlukan kualifikasi khusus, dan barangkali tidak akan terlepas dari relung hati dan sanubarinya, bahwa mereka memilih profesi guru sebagai pilihan utama dan pertama. Semoga...

By Mathematic teacher

Pengertian Kemandirian Belajar
Salah satu konsep kunci dari teori belajar konstruktivis adalah menganut visi atau wawasan siswa ideal sebagai seorang pebelajar yang memiliki kemampuan dan kemandirian belajar (self-regulated learning). Kemandirian belajar adalah seseorang yang memiliki pengetahuan tentang strategi belajar efektif dan bagaimana serta kapan menggunakan pengetahuan itu. mempunyai kemandirian belajar berarti memiliki kemampuan untuk mengatur motivasi dirinya, tidak saja motivator eksternal tetapi juga motivator internal serta mereka mampu tetap menekuni tugas jangka panjang sampai tugas itu diselesaikan.

Kemandirian belajar mengacu pada cara spesifik pebelajar dalam mengontrol belajarnya. belajar itu sebagian besar dari pengaruh membangun pikiran sendiri, perasaan, strategi, dan perilaku pebelajar yang diorientasikan ke arah pencapaian tujuan belajar. Ada tiga tahap utama siklus kemandirian belajar, yaitu perencanaan belajar seseorang, monitoring kemajuan saat menerapkan rencana, dan mengevaluasi hasil dari rencana yang telah selesai diterapkan. Diagram berikut menunjukkan ketiga tahap siklus kemandirian belajar, bersama dengan refleksinya dapat digambarkan seperti berikut.

Tahap Perencanaan, pada tahap ini menetapkan langkah-langkah untuk belajar, yaitu
(1) Menganalisis tugas belajar,
(2) Menentukan tujuan belajar, dan
(3) Merencanakan strategi belajar.

Tahap Monitoring, pada tahap ini menerapkan rencana dengan terus-menerus dimonitor untuk meyakinkan mengarah ke tujuan belajar.

Tahap evaluasi, pada tahap ini menentukan seberapa baik strategi belajar yang dipilih dan bagaimana pencapaian tujuan belajar tersebut.

Sedangkan Refleksi, menyediakan hubungan-hubungan antara ketiga tahapan dalam memahami pelajaran (metakognitif pengetahuan). Sejalan dengan pendapat tersebut,

Rochester Institute of Technology mengidentifikasi beberapa karakteristik kemandirian belajar, yaitu memilih tujuan belajar, memandang kesulitan sebagai tantangan, memilih dan menggunakan sumber yang tersedia, bekerjasama dengan individu lain, membangun makna, memahami pencapaian keberhasilan tidak cukup hanya dengan usaha dan kemampuan saja namun harus disertai dengan kontrol diri.

Hargis (dalam Euis,2007)) mendefinisikan kemandirian belajar sebagai upaya memperdalam dan memanipulasi jaringan asosiatif dalam suatu bidang tertentu. Lebih lanjut Hargis menyatakan bahwa kemandirian belajar merupakan proses perancangan dan pemantauan diri yang seksama terhadap proses kognitif dan afektif dalam menyelesaikan tugas akademik. Dalam hal ini, kemandirian belajar itu sendiri bukan merupakan kemampuan mental atau keterampilan akademik tertentu seperti kefasihan membaca, namun merupakan proses pengarahan diri dalam mentransformasi kemampuan mental ke dalam keterampilan akademik tertentu. Sejalan dengan hal tersebut, kemandirian belajar menurut Wolters, Pintrich, dan Karabenick (2003) adalah suatu proses aktif siswa dalam mengkonstruksi dan menetapkan tujuan belajarnya dan kemudian mencoba untuk memonitor, mengatur, dan mengontrol kognisi; motivasi; dan perilakunya berdasarkan tujuan belajar yang telah ditetapkan dalam konteks lingkungannya.

Perancangan dan pemantauan diri terhadap proses kognisi merupakan aktivitas kognisi individu untuk menyesuaikan dan mengubah kognisi berdasarkan informasi-informasi yang mengarah ke tujuan. Sebagai contoh, jika seorang siswa sedang belajar dengan tujuan dapat membuktikan sesuatu siswa tersebut harus merancang dan memantau proses kognisinya berdasarkan informasi–informasi yang diketahui (seperti premis, definisi, teorema yang telah dibuktikan, dan lain-lain) agar sukses dalam pembuktikan kebenaran suatu. Proses menghubungkan informasi-informasi yang diperlukan dalam pembuktian tersebut merupakan strategi kognisi.
Strategi kognisi ada tiga jenis, yaitu latihan (reheasal), pengembangan (elaboration), dan organisasi (organization). Strategi latihan meliputi usaha untuk menghafal material dengan cara mengulanginya. Strategi pengembangan mencoba untuk menghubungkan material yang satu dengan yang lainnya, meletakkan material ke dalam kata-kata sendiri. Strategi organisasi melibatkan penggunaan berbagai teknik seperti catatan kaki, menggambar, atau mengembangkan peta konsep untuk mengorganisir material.

Motivasi secara konsisten dipandang sebagai faktor penentu belajar dan prestasi siswa. Di sisi lain, bila siswa tidak mempunyai motivasi akan menimbulkan masalah bagi siswa. Belajar adalah suatu proses usaha untuk memperoleh kemampuan akademik yang penuh dengan hambatan-hambatan. Hambatan tersebut, dapat berbentuk kurangnya motivasi berprestasi siswa. Misalnya, siswa dibebankan dengan tugas yang banyak dalam belajar akan membosankan, apalagi kalau ditambah dengan tugas pekerjaan rumah dan tugas membaca materi di rumah. Untuk menghindari hambatan ini, membutuhkan kemampuan siswa untuk merancang dan memantau motivasi berprestasinya, yang dipandang sebagai suatu aspek penting dalam kemandirian belajar.

Pemantauan motivasi berprestasi sebagai aktivitas individu dimulai dari melakukan tindakan berinisiatif, melaksanakan, dan menyelesaikan aktivitas pembelajaran. Pemantauan ini dilakukan secara bebas tanpa ada campur tangan dari orang lain. Pengaturan motivasi berprestasi meliputi tindakan mempengaruhi alternatif pilihan, usaha, atau ketekunan terhadap tugas-tugas akademik. Walaupun berhubungan erat kaitannya, pemantauan motivasi berprestasi secara konseptual beda dengan motivasi berprestasi itu sendiri. Pemantauan motivasi berprestasi berhubungan dengan tindakan atau pikiran individu yang secara sadar dan sengaja dilakukan untuk mempengaruhi motivasi berprestasi mereka terhadap aktivitas pembelajaran.

Pemantauan tingkah laku adalah suatu aspek kemandirian yang melibatkan usaha individu untuk merancang dan memantau perilaku belajar mereka. Strategi pemantauan tingkah laku terkait dengan kesehatan perilaku belajar, hubungan sosial dengan orang yang lain, dan pengaturan waktu dan lingkungan belajar.

Lowry (dalam Euis,2007)) merangkum sejumlah saran dari beberapa penulis tentang memfasilitasi berkembangnya kemandirian belajar pada siswa, yaitu:
1.Membantu siswa mengidentifikasi titik awal untuk belajar dan mengembangkan bentuk ujian dan laporan yang relevan.
2.Mendorong siswa untuk memandang pengetahuan dan kebenaran secara kontekstual, memandang nilai kerangka kerja sebagai konstruk sosial, dan memahami bahwa mereka dapat bekerja secara perorangan atau dalam kelompok.
3.Menciptakan suasana kemitraan dengan siswa melalui negosiasi tujuan, strategi, dan kriteria evaluasi.
4.Jadilah seorang manajer belajar daripada sebagai penyampai informasi.
5.Membantu siswa menyusun kebutuhannya untuk merumuskan tujuan belajarnya.
6.Mendorong siswa menyusun tujuan yang dapat dicapai melalui berbagai cara dan menawarkan beberapa contoh performan yang berhasil.
7.Menyiapkan contoh-contoh pekerjaan yang sudah berhasil.
8.Meyakinkan siswa agar menyadari tujuan, strategi, sumber, dan kriteria evaluasi belajar yang telah ditetapkan.
9.Melatih siswa berinkuiri, mengambil keputusan, mengembangkan dan mengevaluasi diri.
10.Bertindak sebagai pembimbing dalam mencari sumber-sumber belajar.
11.Membantu menyesuaikan sumber belajar dengan kebutuhan siswa.
12.Membantu siswa mengembangkan sikap dan perasaan positif.
13.Memahami tipe personality dan jenis belajar siswa.
14.Menggunakan teknik pengalaman lapangan dan pemecahan masalah sebagai dasar pengalaman belajar orang dewasa.
15.Mengembangkan pedoman belajar yang berkualitas tinggi termasuk kiat belajar terprogram.

Karakteristik Kemandirian Belajar Matematika,
yaitu :
(1)Inisiatif belajar,
(2)Mendiagnosa kebutuhan belajar,
(3)Menetapkan tujuan belajar,
(4)Memonitor, mengatur, dan mengontrol belajar,
(5)Memandang kesulitan sebagai tantangan,
(6)Memanfaatkan dan mencari sumber yang relevan,
(7)Memilih dan menerapkan strategi belajar yang tepat, dan
(8)Konsep diri.
Sumber : Euis Eti Rohaeti (Tesis)

By Mathematic teacher

1. Objek Matematika
Menurut Soedjadi (1995) bahwa salah satu karakteristik matematika adalah objek-objeknya yang abstrak. Objek-objek matematika yang abstrak tersebut menurut Gagne (dalam Ruseffendi, 1991) terbagi atas objek langsung dan objek tidak langsung. Objek tidak langsung antara lain adalah kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah, bersikap mandiri (belajar, bekerja, dan lain-lain), bersikap positif terhadap matematika, tahu bagaimana mestinya belajar. Objek langsung adalah fakta, keterampilan, konsep dan aturan.

Dengan demikian jelas bahwa pada dasarnya yang dibahas dalam mempelajari matematika bukanlah benda konkret atau benda yang dapat dipegang atau diraba meskipun dimodelkan dari permasalahan nyata atau konkret. Oleh karena itu, pembelajaran matematika perlu disesuaikan dengan perkembangan intelektual peserta didik. Berdasarkan perkembangan intelektual peserta didik maka pembelajaran matematika tidak selalu mengikuti pola pemikiran deduktif, tetapi perlu juga diikuti dengan pola pemikiran induktif.

Matematika bukan hanya untuk keperluan kalkulasi, tetapi lebih dari itu matematika telah banyak digunakan untuk pengembangan berbagai ilmu dan pengetahuan. Hal ini ditegaskan oleh R. Soedjadi (1994:20) yaitu: "Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, baik aspek terapannya maupun aspek penalarannya, mempunyai peranan yang penting dalam upaya penguasaan ilmu dan teknologi". Oleh karena itu matematika perlu dikuasai oleh segenap warga negara Indonesia dalam bentuk penerapannya maupun pola berpikirnya.

Untuk mewujudkan hal di atas, maka matematika diajarkan sebagai salah satu mata pelajaran di setiap jenjang pendidikan. Matematika ini lebih dikenal sebagai matematika sekolah (school mathematics). Menurut R. Soedjadi (1992:28), "Matematika sekolah adalah unsur-unsur dan bagian-bagian matematika yang dipilih atas dasar:
(1) Makna kependidikan yaitu untuk mengembangkan kemampuan dan kepribadian peserta didik;
(2) Tuntutan perkembangan yang nyata dari lingkungan hidup yang senantiasa berkembang seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi".

Sesuai dengan pengertian "matematika sekolah" yang didefinisikan di atas, maka tujuan pengajaran matematika sekolah diupayakan tidak hanya trampil menggunakan matematika, tetapi juga harus meliputi aspek kognitif dan afektif. Hal ini ditegaskan oleh Soedjadi (1991:3) yaitu :
Tujuan diajarkan matematika di setiap jenjang pendidikan pada dasarnya mengacu pada :
1. Tujuan yang bersifat Formal; yaitu tujuan yang menekankan kepada :
(1) penataan nalar anak dan
(2) pembentukan sikap anak.
2. Tujuan yang bersifat materil; yaitu tujuan yang menekankan kepada
(1) keterampilan hitung,
(2) menyelesaikan soal dan
(3) penerapan matematika.

2. Matematika yang Bermakna dan Menyenangkan
Pada hakikatnya, belajar dan mengajar matematika membutuhkan berbagai aktivitas bahasa, seperti membaca, mendengar, menulis, merepresentasi, dan berdiskusi. Fungsi bahasa dalam konteks kelas matematika adalah bahwa bahasa telah terbukti sepanjang masa untuk mengembangkan gagasan-gagasan. Bahasa disajikan sebagai suatu makna representasi & makna komunikasi. Pendidik matematika menyebutnya “mathematics an exstension of language” (Weinzweig, 1982).

Jacobs (1982) menyatakan bahwa apabila pembelajaran matematika terfokus pada menghafalkan istilah-istilah daripada mengkomunikasikan ide-ide matematika, maka siswa banyak mengalami kesulitan sehingga perlu diperkenalkan lebih dini secara tepat. Karena bagi siswa, matematika pada dasarnya merupakan “bahasa asing”. Namun demikian, matematika dapat digunakan untuk berkomunikasi dimana saja kita berada, bahasa pengantar apa saja yang kita gunakan dalam pembelajaran, sehingga tepat kalau matematika disebut “the universal language” .

Siswa lebih suka membangun pengetahuan matematika melalui berbagai aktivitas, siswa mengalami dan memaknai sendiri apa yang terjadi dalam pembelajaran di kelas.
Sisi lain yang cukup unik, siswa sangat menyukai aktivitas belajar secara berkelompok, guru menyajikan masalah matematika yang merangsang minat siswa untuk bertanya, kemudian siswa mendiskusikan solusinya.

Situasi pembelajaran ini sangat relevan dengan konsep belajar matematika sebagai aktivitas sosial. Schoenfeld (1992), menyatakan bahwa belajar matematika merupakan sifat suatu aktivitas sosial. Naasnya, pembelajaran komunikasi konvensional dengan satu arah, mengabaikan sifat sosial dari belajar matematika, juga mengganggu perkembangan matematika siswa. Rancanglah strategi pembelajaran secara berkelompok, sehingga siswa mampu berkomunikasi dengan sesama temannya untuk membangun pengetahuan dari aktivitas belajar berkelompok. Manfaat besar dari aktivitas belajar secara berkelompok akan membantu siswa mengembangkan pengetahuan matematika, mengembangkan kemampuan pemecahan masalah & penalaran, meningkatkan kepercayaan diri siswa (Johnson & Johnson, 1989), serta memberdayakan keterampilan sosial & keterampilan komunikasi (Noddings, 1985).

Prinsip Pembelajaran Matematika Versi Robyn Anderson
Mau pembelajaran matematika Anda lebih bermakna? Tampaknya, 3 prinsip seorang Executive di Queensland Association of Mathematics Teachers ini bisa jadi salah satu rujukan desain pembelajaran Anda di kelas.

Pertama, connecting students to mathematics. Apa ya maksudnya? Kita membutuhkan proses untuk menghubungkan siswa dalam konteks nyata keseharian mereka. Kita juga harus membangun pemahaman matematika siswa dengan sesuatu yang berada di sekeliling mereka. Mengapa tidak jika kita coba memulai pembelajaran dengan pertanyaan-pertanyaan yang memancing minat siswa seperti, “Coba sebutkan benda-benda di sekitar yang berbentuk segiempat, lingkaran, segitiga, atau bentuk geometri lainnya?”. Atau kita memulai pembelajaran materi statistika dengan mengajak siswa menghitung jumlah sepeda motor, sepeda, mobil yang di parkir di halaman sekolah. Pasti sangat menarik untuk dicoba.

Kedua, believing that all students can learn mathematics. Pernah mendengar filosofi sukses “You are what you think”? Bagaimana Anda bisa sukses mengajari siswa Anda belajar matematika, jika Anda sendiri sebagai guru meragukan kemampuan matematika siswa Anda. Menyajikan matematika dengan mempertimbangkan kesiapan & kematangan belajar siswa, serta menghubungkannya dengan kehidupan mereka, itu adalah langkah penting memotivasi sikap positif siswa terhadap matematika, selanjutnya mereka akan percaya bahwa mereka mampu belajar matematika.

Ketiga, focusing on students’ mathematical learning. Bagaimana caranya supaya pembelajaran matematika dapat berfokus pada siswa? Strategi pembelajaran harus mampu menciptakan lingkungan belajar di kelas yang berpusat pada siswa, mengembangkan pembelajaran berbasis konstruktivis (siswa membangun pengetahuan sendiri), siswa bekerja dalam kelompok, dan guru harus memfasilitasi diskusi matematika di antara siswa.

3. Metapora dalam Matematika
Metafora dalam Pembelajaran Matematika. Banyak faktor sukses dapat menentukan keberhasilan belajar matematika siswa, cara penyajian materi salah satunya. Apakah cara penyajian materi dapat membuat siswa tertarik, kemudian termotivasi untuk belajar matematika. Ataukah siswa akan merasa jenuh dan menghindari matematika?
Dari cerita seorang teman... Dalam paper Robyn Anderson, dia menemukan “harta karun”. “Harta Karun” tersebut berbunyi, “Clark (2007) found that stories and literature are particularly rich stimulus to promote mathematical discussion, and when students were asked to provide written reflection about a range of mathematical concepts that were made more accessible and memorable as a result of reading stories”.

Apa yang bisa saya refleksikan dari kata “harta karun” tersebut? AHA...METAFORA...Inspirasi ini yang pernah saya bawa dalam pengalaman mengajar saya.

Metafora yang dimaksud dalam kajian saya ini adalah memaparkan cerita tentang hakikat kesuksesan, perumpamaan-perumpamaan mengenai suatu bentuk kehidupan yang notabene akan mereka hadapi kelak, simulasi, ataupun kisah-kisah berbagai orang sukses dalam hidupnya, serta legenda-legenda lainnya. Diharapkan nantinya, setelah pembelajaran selesai, setiap siswa sebagai pembelajar memiliki wawasan lebih tentang kehidupan nyata yang akan mereka songsong, sehingga motivasi mereka untuk lebih sungguh-sungguh belajar dapat ditingkatkan.

Tujuan utama penggunaan metafora dalam pembelajaran matematika adalah untuk mendongkrat minat dan motivasi siswa dalam belajar, bukan hanya belajar matematika, tetapi belajar nilai-nilai kehidupan. Saya membiasakan diri mengawali pembelajaran dengan cerita kehidupan & motivasi yang saya pelajari dari berbagai literatur, menghubungkan matematika dengan nilai-nilai kehidupan, dan melakukan simulasi matematika yang menantang kemampuan berpikir siswa.

Sebenarnya sangat banyak metafora yang dapat digunakan atau disampaikan dalam setiap pembelajaran. Misalnya:
1) bercerita dengan menggunakan perumpamaan untuk menumbuhkan kesadaran betapa pentingnya pembelajaran tersebut,
2) bercerita dengan perumpamaan, bahwa yang bertanggung jawab terhadap pendidikan pada hakikatnya adalah diri sendiri,
3) memberikan penjelasan bagaimana kiat meraih sukses dalam pembelajaran dan kehidupan,
4) menyajikan paparan bahwa orang belajar harus siap keluar dari ‘zona nyaman’,
5) mendiskusikan mengapa hingga saat ini kualitas pendidikan Indonesia masih terpuruk,
6) mengisahkan tentang beberapa tokoh terkenal seperti Albert Einstein, J.K. Rowling, Syaikh Ahmad Yassin, Jacky Chan, David Beckham, Michael Jordan, Thomas Alva Edison, Jalaluddin Rumy, Umar Khayyam, Iwan Fals, dan sebagainya,
7) memberikan beberapa nasihat dan tips-tips untuk meraih keberhasilan,
8) melakukan simulasi matematika yang menantang kemampuan berpikir siswa.

Metafora menggugah motivasi siswa untuk belajar matematika, memberdayakan potensi mereka untuk menjawab tantangan dalam simulasi matematika, dan yang paling penting menjelajahi nilai-nilai kehidupan yang mengisnpirasi mereka untuk melakukan upaya terbaik dalam hidupnya.
Puzzle session, inilah drama paling menarik yang banyak dinanti para siswa ketika belajar matematika di kelas dengan skenario “metafora”.

4. Image Matematika
Menakutkan, kesan itu masih melekat cukup kuat di benak sebagian besar siswa kita terhadap pelajaran & pembelajaran matematika. Ingin coba membantah fakta ini? Lakukan pembelajaran matematika dengan paradigma baru yang lebih bermakna & menyenangkan.

Pengembangan Kultur Sekolah

PENGEMBANGAN KULTUR SEKOLAH Oleh : Lilis Kurniasih,S.Pd

Mengapa harus berubah?

· Dunia berubah dengan cepat

· Tuntutan masyarakat berubah

· Persaingan kemampuan sumber daya manusia

· Peningkatan kualitas pendidikan yang Terus menerus dan berkelanjutan

Kultur sekolah

· Peningkatan kualitas yang terus menerus

· Pimpinan sekolah yang sukses memahami lingkungan sekolah secara holistik,

· Pandangan yang holistik ini merupakan konsep kultur sekolah

· Melalui pemahaman kultur sekolah, pimpinan akan memiliki bekal untuk membentuk nilai, keyakinan, dan sikap yang diperlukan untuk membangun sekolah belajar yang kontinue

Apa yang harus berubah?

· Cara berpikir

· Tindakan

· Kebiasaan

· Penampilan

· Keberhasilan

· Nilai dan Keyakinan

· Norma

· Interaksi & komunikasi

Strategi melakukan perubahan

· Pendekatan struktural

· Peraturan

· Klasikal

· Pendekatan kultural

· Interaksi

· Dari bawah

· Lambat tapi terus menerus

Kualitas kultur

· Struktur : Rantai pengguna

· Fokus : Layanan yang memuaskan

· Komunikasi : kualitas komunikasi dua arah

· Gaya : Penekanan pada kualitas utama

· Responsip : Penekanan pada kepuasan pemakai internal dan eksternal.

SEKOLAH MENURUT KULTUR SEKOLAH

1. Sekolah tipe I

· Memahami kultur sekolah

· Ada tim pengembang

· Delegasi tugas dan wewenang

· Interaksi antar warga sekolah

· Komitmen warga sekolah

· Sosialisasi program perbaikan

· Program perbaikan dirancang dari bawah

2. Sekolah tipe II

· Interaksi antar warga sekolah kurang baik

· Penentuan kebijakan terpusat

· Harapan sangat rendah

· Menyalahkan faktor luar

· Tidak banyak yang bisa dilakukan dengan keadaan yang ada

· Menunggu

3. Sekolah tipe III

· Puas dengan yang dicapai

· Bergerak lambat

· Menunggu yang lain

· Interaksi antar warga kurang baik

· Komitmen kurang

TIPOLOGI KULTUR SEKOLAH

1. Formal : sekolah tradisional dengan penekanan pada disiplin.

2. Sekolah sejahtera : bahagia, berpusat pada siswa

3. Sekolah yang panas : harapan sangat tinggi.

4. Sekolah perjuangan : penekanan pada kontrol dasar, harapan kecil, moral rendah

PENINGKATAN MUTU SEKOLAH

DIMENSI STRUKTURAL:

· PELATIHAN, PENATAAN ULANG BERBAGAI KOMPONEN, PENGATURAN, PERATURAN, ORIENTASI KURIKULER, DSB.

DIMENSI KULTURAL:

· PERUBAHAN BERASAL DARI DALAM LEMBAGA

· PERUBAHAN PRILAKU NYATA DALAM AKSI

Kultur sekolah

* Deal & Peterson (1990):

· Pola nilai, keyakinan, dan tradisi yang terbentuk melalui sejarah sekolah

* Stolp& Smith (1994):

· Pola makna yang dipancarkan secara historis yang mencakup norma, nilai, keyakinan, seremonial, ritual, tradisi, danmitos dalam derajad yang bervariasi oleh warga sekolah

Beberapa pengertian

· Norma: perilaku yang diterima oleh suatu kelompok masyarakat

· Nilai: Sesuatu yang memiliki manfaat atau kepercayaan atas manfaat

· Keyakinan: suatu yang dianggap benar dan salah

· Seremonial: upacara yang selalu diadakan atas dasar keyakinan tertentu

Peran kultur

· Memperbaiki kinerja sekolah

· Membangun komitmen warga sekolah

· Membuat suasana kekeluargaan , kolaborasi , ketahanan belajar , semangat terus maju dorongan bekerja keras , tidak mudah mengeluh maju,

Kultur sekolah

Positif:

· Menghargai kesuksesan

· Menekankan pencapaian dan kolaborasi

· Mengikat suatu komitmen pada staf dan siswa untuk selalu belajar

Negatif:

· Menyalahkan siswa atas prestasinya

· Menghindari kolaborasi

· Selalu ada pertentangan antar warga

Mengubah kultur sekolah

Kepala sekolah harus memahami kultur yang ada

· Pengubahan kultur mengubah variasi hubungan antar warga sekolah

· Perubahan dilakukan melalui dialog, perlahan-lahan dengan kesabaran, dan komitmen

· Perubahan dimulai dari atas dengan contoh perbuatan

PRODUK KULTUR YANG BAIK

· Peningkatan kinerja individu dan kelompok

· Peningkatan kinerja sekolah atau institusi

· Terjalin hubungan yang sinergi diantara ketiga tingkatan diatas.

· Tugas dilaksanakan dengan perasaan senang

· Timbuli klimak ademik

· Kompetisi dengan kolaborasi

· Interaksi yang menyenangkan

Membangun sekolah belajar (Senge, 1990)

· Masteri personal : berusaha meningkatkan diri

· Model mental : Norma tak tertulis yang mengatur operasi sekolah

· Tim belajar : kapasitas stakeholders untuk merefleksikan fungsi sekolah yang belajar

· Sistem berpikir : melihat hubungan peran warga

Kultur Utama

· Suka membaca

· Jujur

· Bersih

· Disiplin dan efisien

· Kolaborasi

· Saling percaya

· Berprestasi

· Penghargaan dan Teguran

KEPALA SEKOLAH

· MENSOSIALISASIKAN VISI SEKOLAH DAN RENCANA MENCAPAI VISI

· MENJELASKAN HARAPAN TERHADAP GURU DAN SISWA

· SELALU TAMPAK DI SEKOLAH

· DIPERCAYA GURU DAN SISWA

· MEMBANTU PENGEMBANGAN KEMAMPUAN GURU

· MEMBERDAYAAN GURU DAN ORANG TUA

· MEMBERI PUJIAN DAN PERINGATAN KEPADA GURU DAN SISWA

· MEMILIKI RASA HUMOR

· SEBAGAI MODEL BAGI GURU DAN SISWA