By Mathematic teacher
Pengertian Kemandirian Belajar
Salah satu konsep kunci dari teori belajar konstruktivis adalah menganut visi atau wawasan siswa ideal sebagai seorang pebelajar yang memiliki kemampuan dan kemandirian belajar (self-regulated learning). Kemandirian belajar adalah seseorang yang memiliki pengetahuan tentang strategi belajar efektif dan bagaimana serta kapan menggunakan pengetahuan itu. mempunyai kemandirian belajar berarti memiliki kemampuan untuk mengatur motivasi dirinya, tidak saja motivator eksternal tetapi juga motivator internal serta mereka mampu tetap menekuni tugas jangka panjang sampai tugas itu diselesaikan.
Kemandirian belajar mengacu pada cara spesifik pebelajar dalam mengontrol belajarnya. belajar itu sebagian besar dari pengaruh membangun pikiran sendiri, perasaan, strategi, dan perilaku pebelajar yang diorientasikan ke arah pencapaian tujuan belajar. Ada tiga tahap utama siklus kemandirian belajar, yaitu perencanaan belajar seseorang, monitoring kemajuan saat menerapkan rencana, dan mengevaluasi hasil dari rencana yang telah selesai diterapkan. Diagram berikut menunjukkan ketiga tahap siklus kemandirian belajar, bersama dengan refleksinya dapat digambarkan seperti berikut.
Tahap Perencanaan, pada tahap ini menetapkan langkah-langkah untuk belajar, yaitu
(1) Menganalisis tugas belajar,
(2) Menentukan tujuan belajar, dan
(3) Merencanakan strategi belajar.
Tahap Monitoring, pada tahap ini menerapkan rencana dengan terus-menerus dimonitor untuk meyakinkan mengarah ke tujuan belajar.
Tahap evaluasi, pada tahap ini menentukan seberapa baik strategi belajar yang dipilih dan bagaimana pencapaian tujuan belajar tersebut.
Sedangkan Refleksi, menyediakan hubungan-hubungan antara ketiga tahapan dalam memahami pelajaran (metakognitif pengetahuan). Sejalan dengan pendapat tersebut,
Rochester Institute of Technology mengidentifikasi beberapa karakteristik kemandirian belajar, yaitu memilih tujuan belajar, memandang kesulitan sebagai tantangan, memilih dan menggunakan sumber yang tersedia, bekerjasama dengan individu lain, membangun makna, memahami pencapaian keberhasilan tidak cukup hanya dengan usaha dan kemampuan saja namun harus disertai dengan kontrol diri.
Hargis (dalam Euis,2007)) mendefinisikan kemandirian belajar sebagai upaya memperdalam dan memanipulasi jaringan asosiatif dalam suatu bidang tertentu. Lebih lanjut Hargis menyatakan bahwa kemandirian belajar merupakan proses perancangan dan pemantauan diri yang seksama terhadap proses kognitif dan afektif dalam menyelesaikan tugas akademik. Dalam hal ini, kemandirian belajar itu sendiri bukan merupakan kemampuan mental atau keterampilan akademik tertentu seperti kefasihan membaca, namun merupakan proses pengarahan diri dalam mentransformasi kemampuan mental ke dalam keterampilan akademik tertentu. Sejalan dengan hal tersebut, kemandirian belajar menurut Wolters, Pintrich, dan Karabenick (2003) adalah suatu proses aktif siswa dalam mengkonstruksi dan menetapkan tujuan belajarnya dan kemudian mencoba untuk memonitor, mengatur, dan mengontrol kognisi; motivasi; dan perilakunya berdasarkan tujuan belajar yang telah ditetapkan dalam konteks lingkungannya.
Perancangan dan pemantauan diri terhadap proses kognisi merupakan aktivitas kognisi individu untuk menyesuaikan dan mengubah kognisi berdasarkan informasi-informasi yang mengarah ke tujuan. Sebagai contoh, jika seorang siswa sedang belajar dengan tujuan dapat membuktikan sesuatu siswa tersebut harus merancang dan memantau proses kognisinya berdasarkan informasi–informasi yang diketahui (seperti premis, definisi, teorema yang telah dibuktikan, dan lain-lain) agar sukses dalam pembuktikan kebenaran suatu. Proses menghubungkan informasi-informasi yang diperlukan dalam pembuktian tersebut merupakan strategi kognisi.
Strategi kognisi ada tiga jenis, yaitu latihan (reheasal), pengembangan (elaboration), dan organisasi (organization). Strategi latihan meliputi usaha untuk menghafal material dengan cara mengulanginya. Strategi pengembangan mencoba untuk menghubungkan material yang satu dengan yang lainnya, meletakkan material ke dalam kata-kata sendiri. Strategi organisasi melibatkan penggunaan berbagai teknik seperti catatan kaki, menggambar, atau mengembangkan peta konsep untuk mengorganisir material.
Motivasi secara konsisten dipandang sebagai faktor penentu belajar dan prestasi siswa. Di sisi lain, bila siswa tidak mempunyai motivasi akan menimbulkan masalah bagi siswa. Belajar adalah suatu proses usaha untuk memperoleh kemampuan akademik yang penuh dengan hambatan-hambatan. Hambatan tersebut, dapat berbentuk kurangnya motivasi berprestasi siswa. Misalnya, siswa dibebankan dengan tugas yang banyak dalam belajar akan membosankan, apalagi kalau ditambah dengan tugas pekerjaan rumah dan tugas membaca materi di rumah. Untuk menghindari hambatan ini, membutuhkan kemampuan siswa untuk merancang dan memantau motivasi berprestasinya, yang dipandang sebagai suatu aspek penting dalam kemandirian belajar.
Pemantauan motivasi berprestasi sebagai aktivitas individu dimulai dari melakukan tindakan berinisiatif, melaksanakan, dan menyelesaikan aktivitas pembelajaran. Pemantauan ini dilakukan secara bebas tanpa ada campur tangan dari orang lain. Pengaturan motivasi berprestasi meliputi tindakan mempengaruhi alternatif pilihan, usaha, atau ketekunan terhadap tugas-tugas akademik. Walaupun berhubungan erat kaitannya, pemantauan motivasi berprestasi secara konseptual beda dengan motivasi berprestasi itu sendiri. Pemantauan motivasi berprestasi berhubungan dengan tindakan atau pikiran individu yang secara sadar dan sengaja dilakukan untuk mempengaruhi motivasi berprestasi mereka terhadap aktivitas pembelajaran.
Pemantauan tingkah laku adalah suatu aspek kemandirian yang melibatkan usaha individu untuk merancang dan memantau perilaku belajar mereka. Strategi pemantauan tingkah laku terkait dengan kesehatan perilaku belajar, hubungan sosial dengan orang yang lain, dan pengaturan waktu dan lingkungan belajar.
Lowry (dalam Euis,2007)) merangkum sejumlah saran dari beberapa penulis tentang memfasilitasi berkembangnya kemandirian belajar pada siswa, yaitu:
1.Membantu siswa mengidentifikasi titik awal untuk belajar dan mengembangkan bentuk ujian dan laporan yang relevan.
2.Mendorong siswa untuk memandang pengetahuan dan kebenaran secara kontekstual, memandang nilai kerangka kerja sebagai konstruk sosial, dan memahami bahwa mereka dapat bekerja secara perorangan atau dalam kelompok.
3.Menciptakan suasana kemitraan dengan siswa melalui negosiasi tujuan, strategi, dan kriteria evaluasi.
4.Jadilah seorang manajer belajar daripada sebagai penyampai informasi.
5.Membantu siswa menyusun kebutuhannya untuk merumuskan tujuan belajarnya.
6.Mendorong siswa menyusun tujuan yang dapat dicapai melalui berbagai cara dan menawarkan beberapa contoh performan yang berhasil.
7.Menyiapkan contoh-contoh pekerjaan yang sudah berhasil.
8.Meyakinkan siswa agar menyadari tujuan, strategi, sumber, dan kriteria evaluasi belajar yang telah ditetapkan.
9.Melatih siswa berinkuiri, mengambil keputusan, mengembangkan dan mengevaluasi diri.
10.Bertindak sebagai pembimbing dalam mencari sumber-sumber belajar.
11.Membantu menyesuaikan sumber belajar dengan kebutuhan siswa.
12.Membantu siswa mengembangkan sikap dan perasaan positif.
13.Memahami tipe personality dan jenis belajar siswa.
14.Menggunakan teknik pengalaman lapangan dan pemecahan masalah sebagai dasar pengalaman belajar orang dewasa.
15.Mengembangkan pedoman belajar yang berkualitas tinggi termasuk kiat belajar terprogram.
Karakteristik Kemandirian Belajar Matematika,
yaitu :
(1)Inisiatif belajar,
(2)Mendiagnosa kebutuhan belajar,
(3)Menetapkan tujuan belajar,
(4)Memonitor, mengatur, dan mengontrol belajar,
(5)Memandang kesulitan sebagai tantangan,
(6)Memanfaatkan dan mencari sumber yang relevan,
(7)Memilih dan menerapkan strategi belajar yang tepat, dan
(8)Konsep diri.
Pengertian Kemandirian Belajar
Salah satu konsep kunci dari teori belajar konstruktivis adalah menganut visi atau wawasan siswa ideal sebagai seorang pebelajar yang memiliki kemampuan dan kemandirian belajar (self-regulated learning). Kemandirian belajar adalah seseorang yang memiliki pengetahuan tentang strategi belajar efektif dan bagaimana serta kapan menggunakan pengetahuan itu. mempunyai kemandirian belajar berarti memiliki kemampuan untuk mengatur motivasi dirinya, tidak saja motivator eksternal tetapi juga motivator internal serta mereka mampu tetap menekuni tugas jangka panjang sampai tugas itu diselesaikan.
Kemandirian belajar mengacu pada cara spesifik pebelajar dalam mengontrol belajarnya. belajar itu sebagian besar dari pengaruh membangun pikiran sendiri, perasaan, strategi, dan perilaku pebelajar yang diorientasikan ke arah pencapaian tujuan belajar. Ada tiga tahap utama siklus kemandirian belajar, yaitu perencanaan belajar seseorang, monitoring kemajuan saat menerapkan rencana, dan mengevaluasi hasil dari rencana yang telah selesai diterapkan. Diagram berikut menunjukkan ketiga tahap siklus kemandirian belajar, bersama dengan refleksinya dapat digambarkan seperti berikut.
Tahap Perencanaan, pada tahap ini menetapkan langkah-langkah untuk belajar, yaitu
(1) Menganalisis tugas belajar,
(2) Menentukan tujuan belajar, dan
(3) Merencanakan strategi belajar.
Tahap Monitoring, pada tahap ini menerapkan rencana dengan terus-menerus dimonitor untuk meyakinkan mengarah ke tujuan belajar.
Tahap evaluasi, pada tahap ini menentukan seberapa baik strategi belajar yang dipilih dan bagaimana pencapaian tujuan belajar tersebut.
Sedangkan Refleksi, menyediakan hubungan-hubungan antara ketiga tahapan dalam memahami pelajaran (metakognitif pengetahuan). Sejalan dengan pendapat tersebut,
Rochester Institute of Technology mengidentifikasi beberapa karakteristik kemandirian belajar, yaitu memilih tujuan belajar, memandang kesulitan sebagai tantangan, memilih dan menggunakan sumber yang tersedia, bekerjasama dengan individu lain, membangun makna, memahami pencapaian keberhasilan tidak cukup hanya dengan usaha dan kemampuan saja namun harus disertai dengan kontrol diri.
Hargis (dalam Euis,2007)) mendefinisikan kemandirian belajar sebagai upaya memperdalam dan memanipulasi jaringan asosiatif dalam suatu bidang tertentu. Lebih lanjut Hargis menyatakan bahwa kemandirian belajar merupakan proses perancangan dan pemantauan diri yang seksama terhadap proses kognitif dan afektif dalam menyelesaikan tugas akademik. Dalam hal ini, kemandirian belajar itu sendiri bukan merupakan kemampuan mental atau keterampilan akademik tertentu seperti kefasihan membaca, namun merupakan proses pengarahan diri dalam mentransformasi kemampuan mental ke dalam keterampilan akademik tertentu. Sejalan dengan hal tersebut, kemandirian belajar menurut Wolters, Pintrich, dan Karabenick (2003) adalah suatu proses aktif siswa dalam mengkonstruksi dan menetapkan tujuan belajarnya dan kemudian mencoba untuk memonitor, mengatur, dan mengontrol kognisi; motivasi; dan perilakunya berdasarkan tujuan belajar yang telah ditetapkan dalam konteks lingkungannya.
Perancangan dan pemantauan diri terhadap proses kognisi merupakan aktivitas kognisi individu untuk menyesuaikan dan mengubah kognisi berdasarkan informasi-informasi yang mengarah ke tujuan. Sebagai contoh, jika seorang siswa sedang belajar dengan tujuan dapat membuktikan sesuatu siswa tersebut harus merancang dan memantau proses kognisinya berdasarkan informasi–informasi yang diketahui (seperti premis, definisi, teorema yang telah dibuktikan, dan lain-lain) agar sukses dalam pembuktikan kebenaran suatu. Proses menghubungkan informasi-informasi yang diperlukan dalam pembuktian tersebut merupakan strategi kognisi.
Strategi kognisi ada tiga jenis, yaitu latihan (reheasal), pengembangan (elaboration), dan organisasi (organization). Strategi latihan meliputi usaha untuk menghafal material dengan cara mengulanginya. Strategi pengembangan mencoba untuk menghubungkan material yang satu dengan yang lainnya, meletakkan material ke dalam kata-kata sendiri. Strategi organisasi melibatkan penggunaan berbagai teknik seperti catatan kaki, menggambar, atau mengembangkan peta konsep untuk mengorganisir material.
Motivasi secara konsisten dipandang sebagai faktor penentu belajar dan prestasi siswa. Di sisi lain, bila siswa tidak mempunyai motivasi akan menimbulkan masalah bagi siswa. Belajar adalah suatu proses usaha untuk memperoleh kemampuan akademik yang penuh dengan hambatan-hambatan. Hambatan tersebut, dapat berbentuk kurangnya motivasi berprestasi siswa. Misalnya, siswa dibebankan dengan tugas yang banyak dalam belajar akan membosankan, apalagi kalau ditambah dengan tugas pekerjaan rumah dan tugas membaca materi di rumah. Untuk menghindari hambatan ini, membutuhkan kemampuan siswa untuk merancang dan memantau motivasi berprestasinya, yang dipandang sebagai suatu aspek penting dalam kemandirian belajar.
Pemantauan motivasi berprestasi sebagai aktivitas individu dimulai dari melakukan tindakan berinisiatif, melaksanakan, dan menyelesaikan aktivitas pembelajaran. Pemantauan ini dilakukan secara bebas tanpa ada campur tangan dari orang lain. Pengaturan motivasi berprestasi meliputi tindakan mempengaruhi alternatif pilihan, usaha, atau ketekunan terhadap tugas-tugas akademik. Walaupun berhubungan erat kaitannya, pemantauan motivasi berprestasi secara konseptual beda dengan motivasi berprestasi itu sendiri. Pemantauan motivasi berprestasi berhubungan dengan tindakan atau pikiran individu yang secara sadar dan sengaja dilakukan untuk mempengaruhi motivasi berprestasi mereka terhadap aktivitas pembelajaran.
Pemantauan tingkah laku adalah suatu aspek kemandirian yang melibatkan usaha individu untuk merancang dan memantau perilaku belajar mereka. Strategi pemantauan tingkah laku terkait dengan kesehatan perilaku belajar, hubungan sosial dengan orang yang lain, dan pengaturan waktu dan lingkungan belajar.
Lowry (dalam Euis,2007)) merangkum sejumlah saran dari beberapa penulis tentang memfasilitasi berkembangnya kemandirian belajar pada siswa, yaitu:
1.Membantu siswa mengidentifikasi titik awal untuk belajar dan mengembangkan bentuk ujian dan laporan yang relevan.
2.Mendorong siswa untuk memandang pengetahuan dan kebenaran secara kontekstual, memandang nilai kerangka kerja sebagai konstruk sosial, dan memahami bahwa mereka dapat bekerja secara perorangan atau dalam kelompok.
3.Menciptakan suasana kemitraan dengan siswa melalui negosiasi tujuan, strategi, dan kriteria evaluasi.
4.Jadilah seorang manajer belajar daripada sebagai penyampai informasi.
5.Membantu siswa menyusun kebutuhannya untuk merumuskan tujuan belajarnya.
6.Mendorong siswa menyusun tujuan yang dapat dicapai melalui berbagai cara dan menawarkan beberapa contoh performan yang berhasil.
7.Menyiapkan contoh-contoh pekerjaan yang sudah berhasil.
8.Meyakinkan siswa agar menyadari tujuan, strategi, sumber, dan kriteria evaluasi belajar yang telah ditetapkan.
9.Melatih siswa berinkuiri, mengambil keputusan, mengembangkan dan mengevaluasi diri.
10.Bertindak sebagai pembimbing dalam mencari sumber-sumber belajar.
11.Membantu menyesuaikan sumber belajar dengan kebutuhan siswa.
12.Membantu siswa mengembangkan sikap dan perasaan positif.
13.Memahami tipe personality dan jenis belajar siswa.
14.Menggunakan teknik pengalaman lapangan dan pemecahan masalah sebagai dasar pengalaman belajar orang dewasa.
15.Mengembangkan pedoman belajar yang berkualitas tinggi termasuk kiat belajar terprogram.
Karakteristik Kemandirian Belajar Matematika,
yaitu :
(1)Inisiatif belajar,
(2)Mendiagnosa kebutuhan belajar,
(3)Menetapkan tujuan belajar,
(4)Memonitor, mengatur, dan mengontrol belajar,
(5)Memandang kesulitan sebagai tantangan,
(6)Memanfaatkan dan mencari sumber yang relevan,
(7)Memilih dan menerapkan strategi belajar yang tepat, dan
(8)Konsep diri.
Sumber : Euis Eti Rohaeti (Tesis)
0 komentar:
Posting Komentar